Tardigrada adalah hewan yang superkuat dan tak mempan nuklir. Ukurang hewan ini superkecil, yang hanya sekitar 0,5 mm. Tetapi daya tahan tubuhnya terhadap panas dan dingin sungguh menakjubkan. Ia dapat bertahan hidup meskipun dibekukan pada suhu -200'C maupun dipanaskan pada suhu 150'C.
Ciri-ciri fisik tardigrada:
Tardigrada sama sekali bukan beruang yang berbulu dan bertulang belakang, namun semacam hewan kecil yang tidak bertulang belakang. Ukuran hewan ini sangat kecil, antara 0,1 – 1,5 mm. Untuk melihatnya kita memerlukan bantuan mikroskop. Badannya beruas-ruas, berkaki empat pasang. Di ujung kakinya terdapat empat cakar yang tajam. Warna tubuhnya bervariasi, tergantung jenisnya. Ada yang transparan, putih, merah, kuning dan kecoklatan.
Penemu tardigrada:
Tardigrada pertama kali didentifikasikan dan dideskripsikan pada tahun 1773 oleh Johann August Ephraim Goeze, seorang peneliti hewan sekaligus pastor dari Jerman.
Habitat tardigrada:
Para ilmuwan telah menemukan Tardigrada di berbagai tempat di dunia, mulai dari egunungan, di balik bongkah es, hutan hujan, perairan air asin dan air tawar, sampai gurun pasir. Ketinggian tertinggi yang diketahui ditinggali Tardigrada adalah 6.000 m di atas permukaan laut, sementara yang terendah ditemukan pada kedalaman 4.000 m di bawah permukaan laut.
Kehebatan dari tardigrada:
Hal yang membuat hewan sekecil Tardigrada begitu istimewa adalah keahliannya bertahan di tengah berbagai kondisi ekstrim. Tardigrada bisa melalui "fase koma" seperti anoksibiosis dan kriptobiosis. Fase anoksibiosis adalah fase yang dilakukan Tardigrada yang hidup di darat ketika kondisi di sekitarnya dipenuhi air. Sedangkan fase kriptobiosis adalah fase yang dilakukan ketika kondisi di lingkungannya menjadi tidak menguntungkan semisal terlalu kering, kadar racun di sekitarnya meningkat, atau ketika suhu di lingkungannya terlalu tinggi/rendah. Begitu kondisi di sekitarnya sudah kembali menguntungkan, Tardigrada akan kembali beraktivitas seperti biasa. Kemampuan lain Tardigrada yang luar biasa adalah kemampuannya menoleransi suhu yang sangat tinggi maupun sangat rendah. Tardigrada diketahui tetap hidup ketika direbus hidup-hidup dalam suhu 151 derajat Celcius selama beberapa menit dan disimpan dalam kondisi minus 200 derjat Celcius selama beberapa hari. Tardigrada juga diketahui bisa tetap hidup dalam kondisi dengan kadar radioaktif relatif tinggi. Mereka diketahui bisa bertahan meskipun disinari sinar gama dengan dosis hingga 5.000. Raul M. May dari Universitas Paris juga menemukan bahwa Tardigrada baru bisa dibunuh jika disinari sinar X (sinar untuk keperluan Roentgen) hingga dosis 570.000. Sebagai pembanding, dosis sinar gamma sebesar 20 dan/atau dosis sinar X sebanyak 500 saja sudah berakibat fatal bagi manusia. Studi yang dilakukan para ahli baru-baru ini juga menemukan bahwa Tardigrada bisa bertahan di luar angkasa. Pada bulan September 2008 yang lalu, sejumlah Tardigrada dikirim ke luar angkasa di mana keadaannya hampa udara, bebas gravitasi dan terkena paparan sinar ultraviolet matahari langsung selama kurang lebih 10 hari. Setelah kembali ke bumi, lebih dari 68% dari total Tardigrada yang dikirim ke luar angkasa masih hidup dan bisa bereproduksi secara normal. Hewan ini juga tidak mati ketika dimasukkan ke wadah bertekanan tinggi di atas 1200 kali tekanan atmosfer normal. Ia mampu bertahan hidup dalam kondisi kering tanpa air selama bertahun-tahun. juga dalam kondisi terpapar radiasi ultraviolet ribuan kali di atas batas normal. Bahkan ia juga tidak langsung mati ketika direbus dengan alkohol.
Bagaimana hewan ini bisa begitu kuat? Jawabannya terletak pada kemampuan tardigrada mengatur metabolisme tubuhnya. Saat berada di dalam kondisi ekstrem, ia akan mengubah kecepatan metabolisme tubuhnya sampai seratus kali lebih lambat daripada metabolisme normal. Perubahan kecepatan metabolisme inilah yang membuat ia bisa bertahan hidup tanpa air, tanpa udara, di suhu tinggi maupun di suhu rendah. Pada kondisi ini, tanda-tanda kehidupan nyaris tidak terlihat meskipun sebetulnya ia tidak mati. Saat kecepatan metabolisme tubuhnya turun, ia juga melakukan banyak penyesuaian. Kakinya ditarik masuk ke dalam tubuhnya. Lalu tubuhnya akan menggulung membentuk bola dengan lapisan kuat yang permukaannya dilindungi oleh semacam lilin. Air yang hilang dari dalam tubuhnya akan diganti dengan cairan gula khusus, namanya trihalos. Saat tubuhnya semakin banyak kehilangan air, trihalos akan membentuk jel yang melindungi tubuh tardigrada dari kekeringan. Selain memberikan perlindungan pada sel-sel tardigrada, trihalos juga menjadi sumber energi. Pada keadaan ini, tardigrada seperti mati suri. Belum mati tapi tak menunjukkan tanda-tanda kehidupan.
Sumber: www.lifeblob.com, Majalah Intisari edisi november 2009.
Ciri-ciri fisik tardigrada:
Tardigrada sama sekali bukan beruang yang berbulu dan bertulang belakang, namun semacam hewan kecil yang tidak bertulang belakang. Ukuran hewan ini sangat kecil, antara 0,1 – 1,5 mm. Untuk melihatnya kita memerlukan bantuan mikroskop. Badannya beruas-ruas, berkaki empat pasang. Di ujung kakinya terdapat empat cakar yang tajam. Warna tubuhnya bervariasi, tergantung jenisnya. Ada yang transparan, putih, merah, kuning dan kecoklatan.
Penemu tardigrada:
Tardigrada pertama kali didentifikasikan dan dideskripsikan pada tahun 1773 oleh Johann August Ephraim Goeze, seorang peneliti hewan sekaligus pastor dari Jerman.
Habitat tardigrada:
Para ilmuwan telah menemukan Tardigrada di berbagai tempat di dunia, mulai dari egunungan, di balik bongkah es, hutan hujan, perairan air asin dan air tawar, sampai gurun pasir. Ketinggian tertinggi yang diketahui ditinggali Tardigrada adalah 6.000 m di atas permukaan laut, sementara yang terendah ditemukan pada kedalaman 4.000 m di bawah permukaan laut.
Kehebatan dari tardigrada:
Hal yang membuat hewan sekecil Tardigrada begitu istimewa adalah keahliannya bertahan di tengah berbagai kondisi ekstrim. Tardigrada bisa melalui "fase koma" seperti anoksibiosis dan kriptobiosis. Fase anoksibiosis adalah fase yang dilakukan Tardigrada yang hidup di darat ketika kondisi di sekitarnya dipenuhi air. Sedangkan fase kriptobiosis adalah fase yang dilakukan ketika kondisi di lingkungannya menjadi tidak menguntungkan semisal terlalu kering, kadar racun di sekitarnya meningkat, atau ketika suhu di lingkungannya terlalu tinggi/rendah. Begitu kondisi di sekitarnya sudah kembali menguntungkan, Tardigrada akan kembali beraktivitas seperti biasa. Kemampuan lain Tardigrada yang luar biasa adalah kemampuannya menoleransi suhu yang sangat tinggi maupun sangat rendah. Tardigrada diketahui tetap hidup ketika direbus hidup-hidup dalam suhu 151 derajat Celcius selama beberapa menit dan disimpan dalam kondisi minus 200 derjat Celcius selama beberapa hari. Tardigrada juga diketahui bisa tetap hidup dalam kondisi dengan kadar radioaktif relatif tinggi. Mereka diketahui bisa bertahan meskipun disinari sinar gama dengan dosis hingga 5.000. Raul M. May dari Universitas Paris juga menemukan bahwa Tardigrada baru bisa dibunuh jika disinari sinar X (sinar untuk keperluan Roentgen) hingga dosis 570.000. Sebagai pembanding, dosis sinar gamma sebesar 20 dan/atau dosis sinar X sebanyak 500 saja sudah berakibat fatal bagi manusia. Studi yang dilakukan para ahli baru-baru ini juga menemukan bahwa Tardigrada bisa bertahan di luar angkasa. Pada bulan September 2008 yang lalu, sejumlah Tardigrada dikirim ke luar angkasa di mana keadaannya hampa udara, bebas gravitasi dan terkena paparan sinar ultraviolet matahari langsung selama kurang lebih 10 hari. Setelah kembali ke bumi, lebih dari 68% dari total Tardigrada yang dikirim ke luar angkasa masih hidup dan bisa bereproduksi secara normal. Hewan ini juga tidak mati ketika dimasukkan ke wadah bertekanan tinggi di atas 1200 kali tekanan atmosfer normal. Ia mampu bertahan hidup dalam kondisi kering tanpa air selama bertahun-tahun. juga dalam kondisi terpapar radiasi ultraviolet ribuan kali di atas batas normal. Bahkan ia juga tidak langsung mati ketika direbus dengan alkohol.
Bagaimana hewan ini bisa begitu kuat? Jawabannya terletak pada kemampuan tardigrada mengatur metabolisme tubuhnya. Saat berada di dalam kondisi ekstrem, ia akan mengubah kecepatan metabolisme tubuhnya sampai seratus kali lebih lambat daripada metabolisme normal. Perubahan kecepatan metabolisme inilah yang membuat ia bisa bertahan hidup tanpa air, tanpa udara, di suhu tinggi maupun di suhu rendah. Pada kondisi ini, tanda-tanda kehidupan nyaris tidak terlihat meskipun sebetulnya ia tidak mati. Saat kecepatan metabolisme tubuhnya turun, ia juga melakukan banyak penyesuaian. Kakinya ditarik masuk ke dalam tubuhnya. Lalu tubuhnya akan menggulung membentuk bola dengan lapisan kuat yang permukaannya dilindungi oleh semacam lilin. Air yang hilang dari dalam tubuhnya akan diganti dengan cairan gula khusus, namanya trihalos. Saat tubuhnya semakin banyak kehilangan air, trihalos akan membentuk jel yang melindungi tubuh tardigrada dari kekeringan. Selain memberikan perlindungan pada sel-sel tardigrada, trihalos juga menjadi sumber energi. Pada keadaan ini, tardigrada seperti mati suri. Belum mati tapi tak menunjukkan tanda-tanda kehidupan.
Sumber: www.lifeblob.com, Majalah Intisari edisi november 2009.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar